Rabu, 12 September 2012

Akung


Namanya Kasmorejo, pas ditanya tanggal lahirnya. Sontak beliau kaget dan malah balik bertanya kepadaku “ho oh lahirku tanggal piro yo..?jiaan”. Akhirnya setelah mengingat ingat sekitar 3 menitan, beliau pun ingat yaitu lahir pada tahun 1942, tahun dimana pemuda dan masyarakat Indonesia sedang berjuang untuk dapat bebas dari belenggu penjajah. Untuk tanggal lahirnya tanggal berapa tentu saja beliau tidak ingat, rata-rata memang untuk anak yang lahir pada masa itu tidak mengingat dan jarang yang mencatat tanggal lahirnya. Kasmorejo adalah nama simbah kakungku, “simbah kakung” berasal dari bahasa Jawa yang artinya kakek ^^. Dilihat dari namanya tentu saja kakek lahir di Jawa. Yupz, kakek ku lahir di desa Harjobinangun, kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia, sama denganku. 

Sejak duduk di bangku SD aku sudah suka pelajaran Sejarah, dari bagaimana jaman manusia purba, jaman kerajaan-kerajaan, jaman penjajahan, kisah perjuangan-perjuangan pahlawan kita melawan penjajah dan akhirnya kebangkitan Indonesia. Aku juga suka biografi, karna dari biografi orang lain kita bisa belajar banyak hal dari perjalanan hidup mereka. Mengkaji setiap lembar demi lembar kisah mereka. Maka dari itu aku suka ngobrol dengan orang-orang yang umurnya jauh diatasku, dan selalu antusias mendengarkan cerita mereka dan bertanya banyak hal. Kadang secara tidak sengaja mereka tidak sungkan-sungkan menceritakan kisah cinta mereka juga, hmm sangat menarik dan bikin geli..hehe. Salah satunya adalah kakekku, dikesempatan lebaran kemarin aku coba untuk menggali dan mengajak kakek untuk bernostalgia dengan kehidupan masalalunya. Aku banyak bertanya mengenai kehidupan kakek ku pada jaman ia masih anak-anak, muda, dan akhirnya bisa seperti sekarang. Beliau tampak antusias menceritakan masa lalunya, tawa pun berkali-kali pecah ketika beliau menceritakan sepenggal demi sepenggal kisah yang pernah dialaminya. 

Salah satu cerita yang membuat kakek tiba-tiba mengerutkan dahi adalah kakek tidak bisa membaca, beliau sekolah hanya sampai kelas 1 SD, beliau berhenti sekolah karena tidak ada biaya. Kebetulan waktu berkunjung ke tempat kakek aku membawa sebuah koran, dan kakek hanya membolak-balik sambil melihat gambar-gambarnya saja dan kemudian bertanya kepadaku “iki beritane opo?”, aku pun kaget dan bertanya “simbah nggak bisa baca?” dari situ akhirnya beliau menceritakan tentang masa sekolahnya dulu. Ketika aku membacakan isi koran itu beliau menyadari bahwa membaca itu penting, dari membaca kita bisa tahu banyak hal, dan dari mana saja, tidak hanya tentang daerah kita tapi juga kejadian-kejadian yang terjadi di dunia. Kakek sangat senang dan bangga melihat cucunya ini bisa membaca. Beliau berharap agar cucu-cucunya kelak bisa menjadi orang yang berhasil dan bisa sekolah setinggi-tingginya. Yupz itulah kakekku yang sayang banget sama anak-anak dan cucunya, selain itu kakek juga pecinta lingkungan lho. Sehari saja nginep di rumahku, rumput-rumput yang ada di sekitar rumah tau-tau sudah ludes dibabatnya. Hehe, i love you embah kakungku >>

2 komentar:

  1. orang tua selalu bisa untuk menjadi panutan dan penuntun dengan pengalaman hidupnya... salut buat kakeknya...

    :)

    BalasHapus