Rabu, 16 Mei 2012

Jelajah Hutan Galam


Mentari siang tadi terasa lebih menyengat dari hari biasanya, hari-hari biasa saja menurutku sudah terasa begitu panas, apalagi siang tadi. Mungkin ini salah satu penyebab kenapa tetanggaku di jawa bilang kalo kulitku semakin gelap saja setelah 6 bulan tinggal di borneo bagian selatan ini. Sebenarnya aku tidak begitu asing dengan udara panas, karena sebelum aku tinggal disini, aktivitas sehari-hari waktu masih kuliah semester akhir dulu, aku sering bergaul dengan dunia jalanan ditemani banyaknya asap kendaraan lengkap dengan kemacetan-kemacetan yang terjadi saat jam-jam istirahat kantor tiba, atau saat jam pulang sekolah. Waktu itu aku bergabung di salah satu LSM di Semarang yang mengharuskanku bolak-balik dari kampus menuju kantor menerjang padatnya arus lalu lintas kota Semarang. Yah begitulah kota Semarang waktu itu, padat merayap, semua pengguna jalan ingin menjadi yang terdepan, kecepatanpun akhirnya terus ditambahnya, sehingga semakin mirip saja dengan arena balab..hal itu tentu saja akan berbahaya bagi para pendatang baru jalanan (pengendara pemula). Tapi alhamdulillah, kabarnya jalan layang kini di bangun untuk mengatasi kemacetan-kemacetan yang terjadi, semoga dengan ini bisa sedikit memperlancar arus lalu lintas di kota yang terkenal dengan sebutan kota Atlas itu.. Ada perbedaan yang aku rasakan antara panas di Kalimantan Selatan dengan panas di kota Semarang. Presentase panas disini lebih banyak karena panas matahari, selain jumlah kendaraan disini tidak terlalu padat, Kalimantan adalah pulau yang dilalui garis khatulistiwa, walaupun tugu khatulistiwa berada di Pontianak, tapi tampaknya sampai sini juga deh panasnya, hehe agak maksa ya..^^ Sedangkan di Semarang, menurut ku presentase panas di Semarang lebih banyak karena polusi udara, jumlah kendaraan bermotor yang semakin banyak ditambah angkutan umum dengan berbagai tujuan yang lalu lalang disana setiap harinya, membuat polusi udara kian menumpuk, sehingga menimbulkan udara menjadi terasa panas.. emm a few story about hot summer betwen south borneo and Semarang city, hehe..

Sebenarnya kali ini aku ingin cerita tentang pengalaman jelajah “hutan galam” ku bersama temen-temen PSP-3 di Kalimantan Selatan. FYI : Aku di Kalimantan Selatan bertugas sebagai PSP-3 bersama 24 pemuda lainnya yang di kirim dari berbagai provinsi yang berbeda di luar Kalimantan Selatan. Nanti saja kali ya crita tentang PSP-3 nya..hehe. Kembali ke jelajah, semenjak aku tinggal disini aku penasaran banget sama yang namanya “jukung”, jukung adalah salah satu alat transportasi air yang sering digunakan oleh beberapa warga di kalimantan yang tinggal di bantaran sungai.  Mereka sering menggunakan jukung untuk membawa barang dagangannya (ikan, sayuran, hasil kerajinan, dll) menuju pasar dan ada juga yang menggunakan jukung untuk mencari kayu atau hanya sekedar untuk mencari ikan. Kalimantan adalah kota seribu sungai, sehingga sungai menjadi alternatif transportasi lain untuk memudahkan aktivitas sehari-hari warga disana. Untuk keperluan jarak jauh biasanya jukung dilengkapi dengan mesin untuk menggerakkan dan mempercepat laju jukung, sedangkan jukung manual (tanpa mesin) digunakan warga apabila hendak pergi ke tempat yang tidak terlalu jauh. Untuk menggerakkan jukung manual ini, mereka membutuhkan sebuah dayung atau tongkat panjang. Seperti gambar bapak Akhmad dengan jukung dan tongkatnya ini..^^

PAk Akhmad and His lovely Jukung
Biasanya mereka memarkir jukungnya di samping dibawah rumahnya, seperti gambar di bawah ini..jukung diletakkan dibawah jembatan samping rumahnya, can you see it..?nggak jauh beda sama orang yang markir mobilnya di garasi kan..hehe

Rumah panggung dan tempat parkir jukung ^^
Disaat pengen banget naek jukung, sore kemaren 3 orang temen PSP-3 yang satu kecamatan dengan ku mengajak aku dan mb nissa (partner satu kelurahanku..^^) untuk berkunjung ke salah satu RT di kelurahannya yang katanya ada jukungnya..yeaayy tanpa pikir panjang lagi aku langsung jawab “ayuk ai..”. Yupz akhirnya kami berlima berangkat menuju ke TKP. Sesampainya disana aku masih belum yakin kalo disana ada jukung dan ada sungai tentunya, karena rumah pak RT nya berada di pinggir jalan raya. Hampir semua rumah di RT itu adalah rumah panggung seperti gambar diatas..hehe.

Dan bapak yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Pak akhmad (bapak RT) dengan lesung pipitnya yang khas menyambut kami dengan ramah, kami ditawari untuk mampir ke rumahnya atau langsung melihat hutan galam menyusuri sungai dengan jukung..wah mendengar kata jukung, sungai, dan hutan sontak aku langsung tertarik, dan "hayuk pak kita langsung berangkat sekarang saja..setelah itu baru ke rumah bapak..hehe" kataku, mengingat saat itu juga sudah lumayan sore, takut nggak puas puter-puter pake jukungnya, hihihi..^^

Yeaaay berangkaaaaaat..!!

Ms Andre, Me, Mb Nissa, Ms Itok, Pak Akhmad
Sepertinya personilnya kurang satu deh, yupz photografer kita..hehe, biar nggak ngiri ini nih sang photografer, berhubung photografer jadi fotonya sendirian nggak papa ya,,:p

Ms Rokhim
Akhirnya kami mulai ngebolang menjelajahi sungai diantara hutan galam. FYI, kayu galam oleh orang Kalimantan sering dimanfaatkan sebagai tiang penyangga rumah panggung atau sebagai kerangka saat akan membangun rumah semacam pengganti bambu yang biasa di pakai di jawa..kayu galam ini terkenal sangat kuat dan awet.

Kayu Galam siap pakai
Sampailah kami di wilayah hutan galam. emm ternyata hutannya lumayan luas dan isinya galam semua (ya iya lah namanya juga hutan galam..), sepertinya wilayah hutan galam ini memang hanya bisa dijangkau dengan jukung saja karena tidak nampak ada jalan setapak menuju kesini, sudah bertahun-tahun warga setempat memanfaatkan keberadaan kayu-kayu galam ini untuk menyokong perekonomian keluarga mereka, dan subhanallah tanaman ini tidak ada habisnya, padahal tanaman ini tidak sengaja di tanam secara terus menerus, tanaman ini berbunga yang kemudian menghasilkan biji galam, biji-biji itu jatuh dari pohonnya dan tumbuh menjadi galam-galam yang baru..Menurut cerita pak Akhmad, dulu sempat terjadi kebakaran di hutan ini, dan tidak tanggung-tanggung, kebakaran terjadi tidak hanya selama sehari atau dua hari saja tapi selama satu bulan..dan itu tidak berdampak buruk bagi keberlangsungan hutan galam itu, katanya dengan kebakaran itu akan menjadikan kayu semakin bagus,,tapi sayangnya aku belum mendapatkan alasan yang pasti kenapa malah bisa jadi semakin bagus??hmm..

Oh iya disepanjang sungai yang kami lewati, terdapat tanaman yang biasa disebut purun..purun adalah salah satu tanaman yang banyak ditemui di kalimantan selatan ini, purun biasanya dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tas, topi, kursi, pengganti karpet, dll. Sebelum digunakan untuk kerajinan, tanaman ini dikeringkan terlebih dahulu, jika sudah kering warnanya mirip seperti rotan.

Tanaman purun
Hampir setengah jam kami menyusuri hutan galam ini sambil bercerita ngalor ngidul dengan pak Akhmad, kaus yang dikenakan pak Akhmad pun sudah mulai basah karna keringat, Pak akhmad tidak mau digantikan untuk mendayung jukung yang kami naiki bersamanya, walaupun kelihatan kelelahan, pak akhmad tetap tersenyum dan mau menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan seputar hutan galam ini. Tak terasa lantunan ayat suci Al Qur'an sebelum adzan maghrip pun terdengar, itu tandanya kami harus segera pulang sebelum Adzan datang. Pak akhmad akhirnya membalikan arah jukungnya kembali menuju ke rumahnya..yaaah karna kami datangnya terlalu sore, jadi tidak bisa menyusuri hutan galam lebih dalam lagi.."lain kali kalo kesini jangan terlalu sore ya, di dalam hutan sana masih ada tempat yang lebih bagus..kaina kawa aja mun handak kesini lagi ulun hantarakan pake jukung yang ada mesinnya biar lebih cepat.." kata pak Akhmad. Yeaaay senang rasanya mendengar pak akhmad dengan senang hati mau menunjukkan kami sekali lagi melihat pesona hutan galam lebih dalam lagi di lain kesempatan, pastinya dengan jukuuung ^^. Terima kasih pak Akhmad..kami bulikan dulu lah..^^

Our Guide, Pak Akhmad
Episode pertama jelajah hutan galam kami bersama pak Akhmad yang baik hati berakhir sampai disini, sampai jumpa di episode jelajah hutan galam kedua kami yang insyaAllah akan lebih seru lagi..hehe^^

Life is so beautiful...

Jumat, 11 Mei 2012

I'm Leaving...

 
Hampir 7 bulan sudah aku tinggal di “Borneo”, begitulah sebutan gaulnya profinsi kalimantan tercinta ini..heheu... Sampai detik ini, borneo adalah tempat terjauh yang pernah aku kunjungi.  Sebelum aku menginjakkan kaki di bumi borneo ini, wajah-wajah buaya, hutan belantara dengan kepala suku sebagai penunggu sekaligus penguasa wilayah borneo seketika muncul dalam “laman” imajinasiku. Bagaimana kalo mereka tidak menyukai kedatanganku, dan aku di sandera, di gotong-gotong pake sebatang kayu dengan tangan dan kakinya diikat dan diikuti oleh semua warga suku yang membawa tongkat yang mirip bambu runcing itu sambil berteriak-teriak..(wowowowowo..auoo), terus pada akhirnya mereka sadar dan mau menerimaku dan aku dijodohkan dengan anak kepala suku, jadi menantu kepala suku deh aku..tidaaaaaaak!_tamat_ naudzubillah jangan sampai ya Allah. Imajinasi yang muncul waktu itu tergolong dalam salah satu dari sekian ribu imajinasi hororku..huuuu sereeem.

Singkat cerita setelah aku mencari tau tentang bagaimana borneo itu khususnya borneo bagian selatan (alias Kalimantan Selatan..) dari teman-teman, saudara, atau tetangga yang pernah pergi ke Kalimantan plus googling berjam-jam , akhirnya dengan pertimbangan-pertimbangan dan pengkajian secara seksama antara berangkat atau tidak berangkat ke Kalimantan aku memutuskan untuk berangkat ke kalimantan dengan ijin dari orang tua yang lumayan sulit banget didapatnya. Secara aku adalah anak pertama, perempuan lagi, baru lulus, dan masih ababil. Mana tega mereka membiarkanku pergi jauh sendirian. Tapi alhamdulillah, bismillah dan okay saia berangkat ke kalimantan..tentu saja aku sudah membuang jauh-jauh semua imajinasi-imajinasi horor yang menghatuiku..^^

And..I’m leaving on the jet plane..don’t know when i’ll be back again..bersama kedua rekan kerjaku yang baru saja aku kenal yang  juga sama-sama berasal dari satu daerah yaitu “Central Java” (my lovely place), mb Nissa Pekalongan dan mb Diah Sragen (dilain kesempatan aku akan cerita banyak tentang mereka) kami berangkat.  Wuuuuuzzzzz  finally our plane was take of already..and this is it welcome to Borneo, kami sampai di bandara Syamsudin Noor Banjarbaru Kalimantan Selatan pukul 7.30 pm waktu Indonesia bagian tengah. FYI, Kalimantan Selatan dan Jawa punya selisih perbedaan waktu 1 jam lho. Kami disambut oleh 2 orang bapak-bapak yang tanpa memperkenalkan diri langsung mengajak kami ke mobil untuk menuju ke penginapan tempat teman-teman kami dari daerah lain yang sudah lebih dulu sampai di Kalimantan Selatan. Dua bapak-bapak ini adalah dosen dari Universitas Lambung Mangkurat, universitas negeri satu-satunya di Kalimantan Selatan. Mereka bertugas sebagai tim asistensi kami.  Malam di sepanjang jalan bandara Banjarbaru menuju Banjarmasin tempat penginapan kami waktu itu tidak se crowded malam di jalan tembalang-patung kuda saat ini (Diponegoro univercity area).  Di kanan kiri jalan raya aku melihat banyak  tanaman-tanaman liar yang tumbuh tidak beraturan yang sama sekali tidak mirip hutan karena agak gersang dengan sedikit genangan air yang tampaknya sudah lama tidak mau meresap ke dalam tanah. Yah itu yang sering mereka sebut sebagai lahan gambut. Rata-rata lahan disini adalah lahan gambut yang susah ditanami dengan sayur-sayuran, hanya jenis tanaman tertentu saja yang bisa di tanam dilahan yang asam ini.

Jauh sekali dengan apa yang aku bayangkan sebelumnya tentang Kalimantan, sepertinya imajinasiku dulu terlalu lebay deh ya..nggak ada  kepala suku dengan taring dihidungnya, anak kepala suku yang akan dijodohkan denganku, ataupun buaya yang berkeliaran di jalanan. Tempat yang aku tempati saat ini bahkan bisa dikatakan agak sedikit lebih kota daripada desaku.  Yah yang pasti nggak tertinggal-tertinggal amat, dan sudah lumayan maju. Aku yakin disini pasti akan banyak hal baru yang bakal aku temui, dari teman baru, budaya, adat, bahasa, tempat wisata (heheu..), dll.  Disini akan menjadi salah satu tempat aku belajar memaknai warna-warni kehidupan dan akan menjadi bagian dari pengalaman berhaga dalam perjalanan hidupku..^^

“Tempat yang paling indah memanglah rumah. Tapi merantaulah kau meski sekali. Agar kau mengerti bagaimana cara menghargai orang-orang yang bukan berasal dari rumahmu. Agar kau belajar bersikap lebih bijak dan santun kepada orang-orang baru di tempat itu, serta merasakan bagaimana menjadi tamu. Sebab di tempat asing lah kita akan lebih mudah mengerti makna keterasingan. “



"Merantaulah nak, maka kau akan mengerti.."

Life is so beautiful..